QnA - Remaja Masa Kini

Halo Teman-Teman!

Pada awal November 2020, RoCMHI berkesempatan berbagi dan berdiskusi tentang “Kesehatan Mental di Masa Pandemi” bersama teman-teman mahasiswa yang umumnya sedang berada di masa-masa akhir remaja dan dewasa awal.

Nah, kami membuat rangkuman dari beberapa pertanyaan yang siapa tau bisa menjawab pertanyaan kamu yang lagi menjalani masa-masa yang serupa!

1. Jujur ngerasa kalo nyari rasa kenyamanan emosional ke orang itu sifatnya sementara aja, gimana ya caranya bisa jadi alone and content?

Pertama, it's a good thing kalo kita udah sadar kalo temen-temen perlu bahagia dengan dan oleh diri sendiri. Untuk merasa content, setiap orang berbeda2 ya ada misalnya ada yg butuh achievement tertentu misalnya. kalo dia bisa cari kegiatan yg emang bikin dia seneng tanpa libatin org. Kayak misalnya kalo nonton drakor atau minum teh aja bikin lu bahagia, ya lakukanlah itu. Kalo seandainya kamu belum menemukannya, gapapa juga kok, pelan-pelan, tapi pasti ada hal yang bisa bikin kamu bahagia atau senang tanpa melibatkan orang lain. Cobalah cari dari hal-hal yang kecil (misal : minum teh hangat, dengerin musik, dsb)

2. Sering banget ngerasa sedih tanpa sebab tiba-tiba, sampe mikir apa jangan-jangan I don’t deserve happiness?

Perasaan/ emosi itu memang akan selalu datang dan pergi kok. Kadang senang, kadang sedih, nanti ada takut, marah, kecewa, dst. Jangan-jangan sebenarnya yang membuat kita menderita adalah karena kita berusaha terlalu keras untuk menghindari kesedihan itu. Ketika kita merasa sedih, kita bisa kok tetap berbuat baik pada diri kita sendiri, terlepas dari apa yang sedang kita rasakan. Misalnya: makan hal yang kita sukai, beristirahat, rekreasi, dsb. 

You deserve to be happy honey hehe. Bila pemikiran itu datang lagi, mungkin kita bisa coba untuk membuat list apa saja hal yang sudah terjadi hari ini. Terkadang banyak hal kecil yang sangat bisa disyukuri, appreciate the little things. kalo belum berhasil? coba ajak ngobrol teman dekatmu yang bisa kamu percaya, mungkin dia bisa bantu kamu menaikan perasaanmu kembali. Karena ingat bahwa “I’m happy because I choose to be happy”.

3. Boleh gak sih egois supaya kita bahagia?

Bedakan antara egois dengan membuat batasan diri (self-boundaries). Menolak pekerjaan ketika memang sedang lelah, membutuhkan me-time, atau bersikap asertif dalam mengkomunikasikan kebutuhan kita pada orang lain, adalah bentuk-bentuk batasan diri (self-boundaries), Egois adalah perilaku yang mementingkan diri sendiri dan merugikan orang lain. Misalnya, tiba-tiba menghilang dan tidak menyelesaikan pekerjaan kelompok, padahal sudah berjanji untuk menyelesaikannya.

4. Tips untuk orang yg pertama kali mau get professional help?

Sebelum bertemu dengan profesional kamu bisa ingatkan dirimu bahwa mencari dan mendapat bantuan dari profesional merupakan hal yang normal. Merasa khawatir saat akan berkonsultasi pertama kali adalah hal yang wajar dan dapat terjadi pada siapa saja. Ingatkan dirimu kalau konselor/Psikiater/Psikolog akan mendengarkan ceritamu apa adanya. Kamu bisa ceritakan apa pun yang memang menurutmu sudah siap kamu ceritakan pada profesional. Kamu juga bisa membuat daftar catatan mengenai hal yang ingin diceritakan pada profesional sebelum sesi pertemuan. Apabila ternyata kamu merasa tidak terbantu, tidak cocok, ataupun tidak nyaman dengan profesional tersebut, kamu boleh untuk mencari profesional lain.  Merasa ga cocok dengan profesional adalah hal yang wajar dan apabila sudah kamu sadari, akan lebih baik untuk segera mencari profesional lain. Selamat mencoba!

5. Kalo udah beban pikiran berat sampe sakit fisik, what should I do? ke dokter umum cuma dibilang sugesti, padahal buat normally functioning aja gabisa.

Stres atau situasi yang menekan memang dapat mempengaruhi kesehatan fisik kita. Apabila kamu sudah ke dokter dan hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan permasalahan apapun, kamu bisa melakukan konseling ke psikolog/psikiater. Nanti pada saat konseling kamu bisa mengkomunikasikan keluhanmu dan mendiskusikan cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasinya. Selain itu, pola hidup yang sehat juga bisa kamu terapkan. Makan makanan yang bergizi, olahraga yang rutin, serta istirahat yang cukup mungkin dapat membantu. 

6. Gimana cara ngatasin extreme self-reliant krn terbiasa ngadepin masalah sendiri? pas nyoba reach out ke org yg dipercaya dia sering ga bisa & blg punya batasan gt
​
Mengatasi permasalahan kita secara mandiri memang hal yang baik, tapi perlu kita ingat juga bahwa ada kalanya kita membutuhkan orang lain untuk menghadapi masalah kita. Membutuhkan dan mencari bantuan orang lain merupakan hal yang wajar. Apabila kita merasa sudah tidak bisa menghadapi permasalahan sendirian, kita bisa reach out ke orang yang kita percaya. 

Saat kita berusaha untuk reach out orang yang kita percaya, kita perlu mengingat bahwa dia juga memiliki batasan tertentu. Saat orang yang kita reach out mengatakan tidak bisa dan punya batasan, kita perlu menerima hal itu dan menghargai batasan yang ia miliki. Mencari bantuan ke profesional bisa menjadi opsi lain saat orang yang kita percaya sedang tidak dapat membantu kita.

7. Sering banget stress karena belum bisa menerima diri aku sendiri. Udah coba konsultasi tapi responnya kurang enak jadi mau cerita pun jadi canggung. Ada saran?

Menerima diri disini kita maknai sebagai memahami bahwa diri kita memiliki kelebihan dan limitasi tertentu sebagai manusia ya. Menerima diri sendiri secara apa adanya memang hal yang ga mudah, tapi hal tersebut bisa kita mulai praktekan secara perlahan di keseharian kita:

1. Akui dan terima bahwa diri kita memiliki kelebihan dan kekurangan. Ini bisa kita lakukan dengan menulis jurnal harian. Misalnya di malam hari kita tuliskan 3 hal yang sudah baik kita lakukan di hari itu dan 3 hal yang perlu kita tingkatkan di hari mendatang. 
2. Akui dan pahami kekurangan kita sebagai hal yang membuat kita menjadi manusia dan menjadi kesempatan kita untuk belajar maupun mengembangkan diri. Ingat bahwa kekurangan diri maupun kesalahan kita tidak mendefinisikan siapa kita. 
3. Mengingat bahwa di dunia ini selalu akan ada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan sepenuhnya. Kita bisa merefleksikan apakah bagian yang belum bisa kita terima merupakan hal yang bisa kita kendalikan (pikiran kita, cara merespon kita, dsb.) atau hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan (misalnya kejadian di masa lalu, sikap orang lain pada kita, kondisi keluarga, dsb.). Bantu diri kita untuk fokus dengan hal yang memang masih dapat kita kendalikan. 
4. Apabila kamu memang merasa membutuhkan bercerita atau berdiskusi dengan orang lain untuk lebih memahami dirimu, konseling ke profesional dapat jadi opsi yang bisa kamu lakukan.
5. Be kind to yourself.

8. Gimana cara (baiknya) menanggapi cerita orang ke kita yang kita sendiri ga tau cara nyelesain/jawabnya?

Ini bagus banget! Artinya kamu sudah mampu mengenali kapasitas diri ketika mendengar cerita teman. Terkadang ga semua orang yang cerita itu minta dikasih solusi loh. Ingat, ada ungkapan “gue tuh sebenernya cuma mau didengerin aja”. Ketika merasa demikian, kamu bisa bilang “maaf ya gue ga bisa ngasih solusi, tapi gue bisa kok bantu dengerin cerita lu”. Selama mendengarkan cerita, kamu bisa kenali perasaan dari orang itu dan sampaikan kembali apa yang kamu tangkap dari ceritanya. Ini bisa membantunya untuk merasa didengarkan. Kita tidak bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah orang lain, namun bukan berarti kita tidak bisa menunjukkan empati pada mereka.

9. Gimana caranya biar gue bisa get a grip lagi dan punya semangat ngerjain hal-hal dan ga cuma ngelakuin itu karena memang rutinitas doang?

Kembalikan lagi ke makna dari tingkah laku itu. Buat apa kamu melakukan itu? Apa manfaat/arti dari kegiatan kamu itu? Misalnya : Sehari-hari kerjaan kamu adalah bikin jarkoman dan membagi info kesana kemari. Lama-kelamaan mungkin kamu merasa kegiatan ini menjadi rutinitas yang menjenuhkan. Kemudian, kegiatan yang kamu lakukan jadi rasanya hambar alias, disaat kamu ngelakuin itu, ya tidak ada rasa apa-apa dan ga semangat lagi. Nah bila kamu ingin membangkitkan “rasa”-mu kembali dan menjadi semangat lagi, kamu bisa mengingat kembali “untuk apa sih gue melakukan ini?”. Coba, apa yang akan terjadi bila kamu tidak membuat jarkoman atau nge-share info? pastinya orang-orang jadi kudet dan ketinggalan/tidak tahu info penting, padahal orang lain membutuhkan informasi itu. Kemudian dengan membuat jarkoman, kamu juga jadi menambah kemampuan tentang bagaimana caranya membuat kalimat yang jelas dan mudah dipahami oleh para pembaca. Inilah yang namanya makna. Kandungan makna dari tingkah laku kamu bisa menjadi sebuah “rasa”, agar apa yang kamu lakukan tidak hanya sebatas rutinitas, tetapi sebagai sesuatu yang berarti buat kamu dan mungkin juga buat orang lain.

10. Belakangan ini aku sering ngerasa lose dari circle, ngerasa nggak punya temen buat cerita dan yg ngertiin. Jd hubungan yg dijalin atas dasar profesionalisme aja. itu gimana ya? apa yang harus dilakukan?

Hal seperti itu sangat wajar kok terjadi di situasi seperti sekarang. Situasi di mana kita harus menjaga jarak atau mengganti kegiatan pertemuan langsung menjadi serba online. Hal itu mungkin pada akhirnya membuat  pertemanan kamu atau teman-teman yang lain merasa jadi renggang. Hal yang mungkin bisa dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan tetap menjaga komunikasi dengan teman. Mungkin kegiatan seperti video call-an, telponan, atau main game secara online bersama bisa membantu. Ingat, walau sekarang serba terbatas, tetapi kita juga bisa menggunakan fasilitas yang tersedia di jaman sekarang untuk tetap menjaga komunikasi serta kelekatan di pertemanan kita. 

11. Kalo ada kondisi dimana kita semangat nih kalo lagi ngelakuin apapun, akademis sama organisasi masih dikerjain lancar, tapi kadang suka tiba-tiba nangis juga gak tau kenapa...Gimana ya caranya
Nangis bisa menjadi salah satu cara kita coping. Faktanya, kita sebenarnya gak punya kendali besar atas perasaan kita. Perasaan itu seperti cuaca. Kadang cerah, kadang mendung, kadang hujan. Tapi ya gak apa-apa, it’s just how it works. Jadi, kalau memang butuh nangis, ya nangis aja dulu. Ibaratnya, biarin aja hujannya turun dulu. Setelah itu, kita bisa fokus lagi pada apa yang mau dilakukan.

12. Salah gak sih kalo mulai bodo amat sama sekitar karena mulai capek liat sikap orang yang sering bikin mental breakdown. Kadang mikir pengen ngilang aja dari dunia ini 

Kamu perlu tau bahwa bodo amat dengan mengutamakan diri sendiri itu berbeda ya. Kalo kamu mau menghindari orang-orang yg bikin kamu mental breakdown dan itu membuat kamu jadi lebih sehat, itu boleh banget. Itu salah satu bentuk dari emotion focused coping, yaitu kamu perlu kasih jarak dulu diri kamu sama orang tsb. Setelah itu mungkin kamu bisa lakukan hal-hal yg menyenangkan dan setidaknya bisa bikin kamu jadi bersemangat. Intinya, kamu bisa dan boleh kok kasih batasan-batasan ke hal-hal yg bisa membuat kamu jadi breakdown. 

13. Salah gak sih kalau sering kesal sama orang karena dia minta validasi mulu? Gimana caranya biar gak kesel dan memberikan validasi yang pas…

Pernah gak kamu merasa marah sama orang lain, tapi kamu memilih untuk tidak menunjukkan perilaku yang merugikan (misal: memaki, memukul, dll)?  Nah, sama. Perilaku kita tidak harus selalu berdasarkan pada perasaan kita. Wajar kok merasa kesal sama orang yang terus-menerus meminta validasi ke kita. Terlepas dari perasaan kesal tersebut, kita bisa tetap berperilaku menghargai orang lain. Jadi kalau pertanyaannya “Gimana supaya gak kesal”, ya gak bisa, kemungkinan akan tetap kesal kalau memang hal itu mengganggu kita. Tapi kita bisa tetap memberikan validasi yang pas dengan berempati, menempatkan diri di posisi orang lain, atau langsung bertanya ke orang tersebut apa yang ia butuhkan. Kalau memang kamu merasa sedang tidak bisa memberikan validasi, kamu juga boleh membuat batasan diri (self-boundaries) dan jujur mengatakan bahwa kamu sedang tidak bisa menanggapi temanmu.
 
14. Cara nanggepin orang yang suka self-diagnosis trus play as victim itu gimana ya? Mana itu orang batu bgt lagi

Inget, kita gak bisa mengubah orang lain. Kita boleh memberi masukan, tapi kalau seandainya dia gak mau berubah, ya udah, kembali kita ga bisa memaksa. Mungkin orang tersebut butuh bantuan profesional. Kamu juga bisa bilang sama dia, bahwa cuma dia yang bisa mengubah situasi. Jadi fokus sama apa yang dia bisa lakukan saja. Merasa diri sebagai victim tidak akan membuat situasi membaik. Kita bisa membantu dia mikirin alternatif solusi pikiran apa yang bisa dia bangun agar merasa lebih baik, tapi kalo dia gak ngikutin itu atau gak mau berubah, ya balik lagi, itu sudah di luar kontrol kita.